Sunday, July 18, 2010
Melodi Senja Yang Disenandungkan Jalanan...
membelah debu Palembang disengat mentari
terik, panas, menambah dalam emosi yang membuncah
aku kecewa pada keadaan
aku cemburu dengan kejayaan masa lalu nan silam
hakekatnya bahagia tak pernah bersandar di atas kepala
mengapa hanya mereka yang terlihat bahagia
dalam diam kuselusuri hari bersandar pada sebuah lampu merah di persimpangan Palembang nan terang
tersentak aku saksikan sesosok tubuh bermandi peluh
dengan gigih mengejar bis kota mencari beberapa lembar ribuan
menjajakan beberapa puntung rokok dan air mineral
wanita itu (mungkin seusia ibuku) terlihat hitam terpanggang matahari nan jalang
namun satu yang membuatku terpaku
dia tersenyum
Dia tersenyum..
dan dia tersenyum
tak tampak gurat lelah menjalani hidup terlukis diwajahnya
tak terbersit gurat sesal atas takdir jalan cerita kesengsaraan hidupnya
aku tiba-tiba merasa malu
malu atas keluh kesahku terhadap hidup tadi siang
malu atas kegamanganku pada hidup
semestinya aku harus lebih tahu bersyukur
atas apa yang kupunya
atas nikmat yang ada
aku masih bisa membeli apa yang kuinginkan
aku punya orang-orang yang mengasihiku
keluarga yang tak pernah menuntut apa-apa bahkan terus mendorongku untuk terus maju
aku juga punya teman-teman baik yang selalu siap untukku kapanpun aku perlu
aku punya pekerjaan yang dengan itu aku tidak harus terpaksa berlari di jalanan
jadi apa yang ku keluh kesahkan
ataukah aku cemburu dengan keadaan orang lain..??
seharusnya aku lebih harus banyak bersyukur...
(sebuah renungan menuju pendewasaan)
LUKABUMI
di awal Juli 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment